Judul artikel ini gue quote dari salah satu design t-shirt Chopperdaves, bike builder dan salah satu anggota Sinners, So-Cal. Kalimat tersebut merupakan respon dari Chopperdaves akan kondisi yang terjadi di chopper industry di kala itu, yang selanjutnya juga menjadi respon akan kondisi skena permotoran in general (sell out, lame TV show, etc). Gue sengaja mengambil statement ini karena menurut gue cocok dengan apa yang gue rasakan saat ini akan skena permotoran tanah air. Gue tidak berbicara tentang custom motorcycle scene, tetapi spesifik ke masalah arogansi pengendara motor besar di Indonesia yang menurut gue sudah semakin parah.
Sebenernya ini bukan hal baru, arogansi pengendara motor besar udah ada sejak era 90-an seinget gue, walaupun gak sesering belakangan ini. Dari tahun ke tahun, semakin banyak berita di media maupun di kalangan masyarakat tentang arogansi pengendara motor besar. Tidak sedikit bahkan yang pernah juga gue saksikan sendiri, dan dilakukan oleh orang yang gue kenal. Gue sendiri bingung kenapa semakin banyak kejadian-kejadian arogansi di jalanan yang dilakukan oleh pengendara motor besar, baik yang sampai di ekspos di media nasional maupun yang cuma sampai di kalangan sendiri. Beberapa kejadian yang sempet ramai sampai diberitakan di media masa antara lain, segerombolan pengendara motor besar (H-D) menerobos masuk jalan tol beberapa tahun lalu. Yang paling ngehek dari kejadian itu adalah setelah gue cari tau, ternyata beberapa orang dari gerombolan itu adalah oknum penegak hukum!
Pernah ada kejadian lagi waktu acara Harley Davidson 100th Anniversary di Bali taun 2003. Segerombolan pengendara Harley hampir jadi korban diamuk warga di daerah Legian. Penyebabnya adalah ketika gerombolan itu terjebak macet karena lalu lintas yang memang sedang padat. Entah kenapa beberapa orang di rombongan Harley itu mulai ngegas-ngegas motor, bukannya jadi keren yang ada warga sekitar jadi terganggu, untung belum sampe dipukulin warga udah sempet dilerai.
Insiden lainnya kejadiannya belum lama ini, sekitar semingguan yang lalu dan dialamin temen gue, Leo, vokalis band swing, Leonardo and His Impeccable Six. Kejadiannya di daerah Kemang. Waktu itu Leo sedang berhenti di traffic lightkarena memang waktu itu lampu sedang merah. Tiba-tiba serombongan pengendara Harley mulai unjuk ketololan dengan mulai membunyikan sirene, bahkan salah satu dari mereka sempet menyuruh Leo untuk maju menerobostraffic light agar mereka bisa lewat. Ketika Leo menjawab bahwa lampu masih merah, si anak “Herli” kampungan itu malah marah-marah dan sempet menggebrak mobil Leo.
Kejadian-kejadian seperti yang gue ceritain diatas semakin sering terjadi, bahkan mungkin ada kejadian lain yang gue ga tau. Yang pasti kejadian seperti ini semakin bikin eneg, tidak cuma bagi masyarakat umum, tapi juga orang-orang yang maen motor juga. Imbasnya ke orang lain yang maen motor juga bukannya gak ada. Bukan baru sekali gue dapet cerita dari temen yang rombongannya dilempar botol atau batu di saat sedang riding luar kota. Waktu dicek dan ditanyain ke pelaku pelemparan, alasannya dia melakukan itu karena sebelumnya ada serombongan pengendara motor besar yang lewat daerah itu dan berkendara seenaknya/arogan. Ini contoh sederhana bahwa orang awam gak akan tau/perduli lu kenal atau tidak dengan rombongan brengsek itu, mereka cuma taunya “rombongan pengendara motor besar”!!
Di tulisan ini gue bukan mau mengajak membenci satu golongan tertentu, gue cuma sekedar mau mengajak teman-teman pecinta budaya roda dua untuk bisa dan mau menghargai hak pengguna jalan yang lain. Kita harus bisa tunjukin ke rombongan pengendara motor besar yang suka arogan di jalanan dan bahkan ke masyarakat luas, bahwa tidak semua pehobi motor bermental kampungan!! Dan ini tidak hanya untuk motor besar lho, bukan berarti motor lo kecil jadi boleh kampungan. Tapi pada hakekatnya masa sih motor udah “keren-keren” tapi kelakuannya kaya begitu? Kan mustinya makin “keren” motornya makin keren juga kelakuannya.
Jumlah kita memang tidak banyak, tapi kita bisa memberi manfaat buat orang lain sesuai dengan kapasitas kita. Jumlah pelaku skena kustom kulture mungkin hanya 1% dari jumlah pehobi motor keseluruhan, tetapi gue yakin kita bisa berbuat sesuatu. Gak usah muluk-muluk bikin safety riding campaign atau apalah, cukup mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekeliling kita. Coba untuk tertib di saat berkendara, jangan lupa pake helm. Gue suka bingung sama orang yang pake helm karena takut sama polisi, bukan karena takut kepalanya pecah kalo terbentur aspal. Saling ngingetin antara sesama riding buddies kita untuk tertib, gak usah ugal-ugalan di jalan. Karena sebenernya lu ugal-ugalan di jalan pun gak akan bikin lu terlihat keren kok, yang ada orang eneg liat laga lu. Kalo orang lain mau sembarangan, gak mau ngantri ya udah, yang penting kita gak kaya gitu.
Menurut teori sinis dari seorang teman, penyebab pengendara motor besar suka arogan di jalan adalah; mereka naik motor stock (standar), muka stock (standard/pas-pasan), jadi yah yang ditonjolin adalah kelakuan sok kuasa di jalanan. Atau mungkin mereka pikir berkendara bak jagoan di jalanan bisa menambah ukuran panjang penis mereka. Kalo kita kan motor keren/custom, muka gak jelek, kalo kita bisa ngehargain hak pengguna jalan yang lain dan tertib, pasti jadi lebih keren lagi. Ini sekedar ajakan sederhana aja sih, untuk membangun skena kita menjadi lebih keren. Mau motor besar atau kecil tapi kalo lu udah norak ya mutlak, keren sih masih relatif. Tapi kalo kalian gak setuju dan ngerasa jadi jagoan di jalanan itu mutlak keren, yah terserah aja sih. Kumaha sia weh!!
Oleh WRA dari SSMC