Sebagaimana dilansir rocketnews24.com, seorang penulis non-fiksi, Atsuhiko Nakamura, pernah mewawancarai lebih dari 500 aktris porno yang kala itu menjadi berita utama di Jepang. Ia pun berhasil mengungkap sisi gelap dari industri film porno di Negeri Matahari Terbit dalam buku fenomenalnya yang berjudul Namae no nai Onna-tachi (The Women Nameless).
Lantas, bagaimana awal pengenalan industri film porno di Jepang? Pada akhir tahun 1960-an, pasar film dewasa di Jepang atau juga disebut pink film, sebagian besar didominasi oleh perusahaan independen yang low-budget. Program TV dan impor film-film Amerika membuat banyak perusahaan gulung tikar pada masa itu.
Nikkatsu, studio film yang cukup besar kala itu bahkan harus berjuang untuk "bertahan hidup". Untuk menarik penonton baru, Takashi Itamochi, presiden Nikkatsu -studio film tertua di Jepang-akhirnya memutuskan untuk memfokuskan produksi film mereka menjadi film dewasa.
Untuk pertama kalinya, pada bulan November 1971, Nikkatsu meluncurkan sebuah Roman Porno dengan seri berjudul Apartment Wife. Serial itu dibuat secara total dengan mementingkan nilai artistik yang terbukti populer di masyarakat dan di mata para kritikus.
Pengenalan pornografi ini kemudian menjadi mainstream di bioskop-bioskop Jepang yang pada akhirnya dapat menyelamatkan Nikkatsu dari kehancurannya pada waktu itu. Selama 17 tahun kemudian, Nikkatsu lebih fokus mendalami industri film porno dengan melepas rata-rata tiga film setiap bulannya. Inilah awal mula maraknya pembuatan film-film dewasa di Jepang.
Berikut adalah trailer film Love & Loathing & Lulu & Ayano yang diangkat dari buku fenomenal Namae no nai Onna-tachi (The Women Nameless) karangan Atsuhiko Nakamura yang berhasil menguak sisi gelap industri film porno Jepang.