Saat ditangkap tim satuan kriminal Polres Jakarta Timur di kediamannya di Jl Bungur Raya, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (6/3) lalu. Saat menjalankan aksinya, pria asal Medan ini tidak sendiri. Benget dibantu oleh Tini (39) yang berprofesi sebagai pembantu di Warung Soto Lamongan miliknya.
"Saya nggak tahu (kenapa membunuh dan mutilasi). Pikiran saya lagi kacau, lagi galau. Saya agak nggak stabil untuk berpikir," kata Benget, saat ditemui di Mapolres Jakarta Timur, Kamis (7/3).
Penelusuran di lingkungan tempat tinggal Benget, beberapa warga yang mengenal pria sadis itu mengatakan Tini sebelumnya penjual jamu. Beberapa bulan terakhir, Benget dan Tini terlihat bermesraan di warung soto miliknya. Bahkan keduanya tak segan memperlihatkan kemesraan mereka di depan sang istri Darna, semasa masih hidup.
"Impus emang sering berantem ama korban, suka mukulin Darna sampai babak belur. Apalagi pas Tini tinggal bareng sejak 3 bulan lalu, Impus malah mesra-mesraan di depan istrinya," ujar Sholeh, seorang tukang ojek yang baisa mangkal di sebelah warung soto milik Benget.
Berembus kabar, ada motif cinta segitiga di balik kasus ini. Apalagi sejak Tini muncul dan tinggal bersama di rumah itu, warga jadi jarang melihat Darna yang sebelumnya sering melayani pembeli di pagi hari.
"Sudah hampir sebulan ini istrinya itu nggak pernah kelihatan, padahal kalau pagi dia yang jaga warung sotonya. Impus kalau ditanya bilangnya pulang kampung," lanjut Soleh.
Lain lagi pengakuan Elis (27), tetangga Imbus lainnya. Pemilik warteg yang terletak di sebelah kanan warung soto Benget mengaku pernah melihat Darna dalam keadaan sekarat dan meminta tolong padanya. Dia melihat Darna dalam keadaan lemes di tempat tidur tanpa sehelai pakaian.
"Darna yang dalam keadaan lemas, meminta tolong kepada tetangga untuk diambilkan minum. Si Tini malah ngebentak Darna, bilangnya sudah kamu diam saja, mau kamu digebukin Impus lagi. Abis itu sudah, tukang wartegnya pergi," cerita Elis.
Di Mapolres Jakarta Timur, Tini mengaku membantu Impus untuk menyediakan golok, pisau, untuk memutilasi Darna. Tini menambahkan dirinya juga yang mengangkat potongan tubuh Darna ke dalam angkot yang telah mereka sewa.
"Mau bantu abang (Benget) karena sudah kayak keluarga, sudah anggap abang seperti kakak sendiri. Abang yang lempar mayatnya, dari naik angkot, buang korban di tol. Selama perjalanan, abang sambil minuman tuak. Abang kalau nggak minum jadi galau," ujar Tini.
Tini yang ikut berperan dalam kasus ini mengaku tidak berani melaporkan hal ini ke Kepolisian. "Sebab abang suka marah dan nampar. Aku takut sama abang jadi diem aja," ucapnya.
Sampai kini belum ada pengakuan jujur dari keduanya apakah benar Benget dan Tini tengah dimabuk asmara hingga kemudian ingin menyingkirkan Darna dengan cara membunuh.
Keduanya kini sudah ditahan di Mapolres Jakarta Timur untuk menjalani pemeriksaan di Polres Metro Jakarta Timur dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Akibat perbuatannya, Benget Situmorang dijerat Pasal 340 KUHP jo 338 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau penjara 20 tahun. Sedangkan Tini dijerat Pasal 55 KUHP ju 56 KUHP jo 340 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara.