Rusa Kashmir adalah salah satu rusa langka yang mempunyai dua buah taring panjang mirip taring makhluk vampir di film-film horror, seperti 'Van Helsing' atau novel horror terkenal 'Dracula'. Berdasarkan penelitian sebelumnya, rusa Kashmir tidak pernah terlihat sejak 60 tahun yang lalu.
Penemuan terakhir rusa Kashmir di alam bebas dipercaya terjadi pada tahun 1948 silam. Ketika itu sekelompok peneliti Denmark melihatnya di provinsi Nuristan, Afganistan.
Rusa Kashmir sendiri mungkin adalah satu-satunya jenis rusa yang diketahui mempunyai taring panjang. Tapi tidak perlu khawatir, rusa Kashmir tidak menggunakan taring mereka untuk menyedot d*rah atau memb*nuh mangsanya, kerena hewan ini masih masuk jenis hewan herbivora alias pemakan rumput. Taring rusa Kashmir yang hanya muncul di pej*ntan ini dipakai sebagai alat untuk menarik perhatian b*tina saat musim k*win tiba.
Pej*ntan rusa Kashmir juga diketahui sering menggunakan taring mereka untuk bertarung dengan pej*ntan lain ketika ingin mempertahankan daerah atau memperoleh b*tina.
Sayangnya, hewan eksotis ini diprediksi bisa kembali hilang bila tidak segera diselamatkan dari para pemburu liar. Perlu diketahui, salah satu kel*njar dari rusa Kashmir dapat dimanfaatkan sebagai parfum hingga obat-obatan. Di kalangan pemburu sendiri, kel*njar rusa Kashmir sudah dianggap lebih mahal dari emas!
Ya, hal ini terlihat dari harga yang ditawarkan pembeli untuk satu kilo kelenjar rusa Kashmir yang mencapai Rp 550 juta! Bandingkan dengan harga per kilo emas yang hanya sekitar Rp 450 jutaan.
Selain itu, populasi dari rusa unik ini juga terancam akibat hilangnya habitat mereka akibat pembukaan lahan untuk pemukiman penduduk. Oleh sebab itu, kini para ilmuwan dan organisasi setempat berusaha melanjutkan penelitian sembari melindungi sp*sies terakhir rusa Kashmir.
"Rusa Kashmir adalah salah satu harta karun hidup milik Afganistan. Kami berharap kondisi akan kembali stabil dan memungkinkan kami untuk mengevaluasi kebutuhan konservasi hewan ini," ungkap Peter Zahler, salah satu peneliti dari Wildlife Conservation Society (WCS) Asia, Daily Mail (03/11).