Kontroversi Jilboobs, Antara Haram dan Modis



Indonesia berdebat soal jilboobs. Fashion kombinasi jilbab dan pakaian ketat di tubuh yang mengundang kecaman dari para ulama, dan mendapat reaksi balik dari kelompok masyarakat lainnya.

Upaya dari otoritas keagamanan untuk melarang penggunaan jilbab dengan pakaian ketat telah memicu kontroversi Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar dunia. Belakangan semakin banyak orang Indonesia yang mengenakan jilbab, namun mengkombinasikannya dengan pakaian yang menonjolkan dada dan bagian pantat.

Fenomena mencampurkan gaya busana sopan Muslim dengan fashion ala Barat dikenal, dengan istilah jilboobs, sebuah singkatan bernada ejekan untuk kombinasi antara jilbab dan “boobs” atau payudara perempuan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI), telah menyatakan bulan lalu bahwa mengenakan jilbab dengan pakaian ketat adalah hal terlarang.

wakil ketua MUI Ma'ruf Amin mengatakan bahwa mengapresiasi para perempuan yang memutuskan mengenakan jilbab.

Sebuah laman Facebook yang khusus menammpilkan berbagai foto perempuan memakai jilboobs telah mendapat fans hampir 39.000. Salah satu foto memperlihatkan seorang perempuan memakai jilbab dengan kaos ketat bertuliskan "Boyfriend Wanted!!"

Penulis dan tokoh Feminis Julia Suryakusuma mengecam reaksi ”gegabah” MUI, dan mengatakan jilboobs “adalah titik temu antara agama dengan globalisasi… sebuah tren mode.”

Namun ini adalah tren yang seharusnya membuat umat Islam berpikir lebih dalam tentang aturan yang mereka patuhi, kata Julia dalam artikelnya di sebuah harian yang diberi judul ”Badai ukuran-D!”

“Hampir tak ada yang mempertanyakan, padahal faktanya banyak yang bisa – dan seharusnya. Kenapa dan oleh siapa perempuan diminta untuk mengenakan jilbab atau hijab? Apa sejarah dibalik itu?”

“Bagi saya, jilbab tak lebih dari sekedar pendangkalan ajaran Islam, dan bentuk kemunafikan (laki-laki dan perempuan), dan bahkan idealisasi aturan yang bahkan mungkin sebenarnya bukan sebuah aturan,” kata dia.
Di Indonesia semakin bertambah jumlah perempuan yang mengenakan busana Muslim sejak kejatuhan diktator Suharto pada 1998 yang mengantarkan negara ini ke era demokrasi.

Para pengamat menilai fenomena ini muncul seiring meningkatnya konservatisme dalam Islam.

Dalam beberapa tahun terakhir, sebuah generasi baru perancang mode yang menggabungkan busana Islami yang sopan dengan fashion mutakhir, bermunculan, sebagai bagian dari kampanye pemerintah untuk menjadikan negara itu sebagai pusat busana Muslim dunia.

Labih dari 85 persen penduduk Indonesia yang total berjumlah 240 juta jiwa beragama Islam. Asma Nadia, seorang penulis Muslim dan manajer penerbitan Lingkar Pena, mengatakan kontroversi atas jilboobsseharusnya menjadi peringatan bagi para perempuan untuk jeli.

Para perempuan Muslim yang telah memutuskan menutup tubuh, seharusnya mempertimbangkan untuk memperbaiki cara berpakaian mereka. Mengikuti cara berpakaian Islami tidak harus berarti menjauh dari mode.
pasang iklan banner
 
InnOnet © Copyright 2011-2018 Notifikasiku. All Rights Reserved.