Jadi, apakah budaya nyeruput kopi dari tatakan cangkir itu budayanya orang Puncak atau Sumatra Barat? Ternyata bukan! Ini adalah cara minum kopi orang-orang Eropa jaman dulu. Di Swedia, cara minum kopi kayak gini disebut Dricka på fat - dan nggak pernah dilakukan di lingkungan orang-orang terhormat. Orang Swedia yang masih suka minum kopi dengan cara ini sekarang adalah orang-orang tua atau orang-orang di desa. Mereka menyelipkan sepotong gula di dalam mulut mereka sebelum menyeruput kopi. Yang muda-muda minumnya udah pake gelas, tanpa tatakan.
Budaya ini ternyata bukan cuma monopoli orang Swedia, karena orang Jerman, Rusia, dan Inggris jaman dulu pun melakukannya. Sekarang sih keadaan udah berubah ya. Perempuan yang dulunya cuma jadi warga negara kelas dua, anak-anak yang dulunya nggak akan pernah didengar, sekarang udah nggak begitu lagi. Begitu juga dengan cara nyeruput kopi dari tatakan cangkir ini.
Ada tiga lukisan yang membuktikan bahwa fakta ini bener, bahwa gunanya piring tatakan cangkir dulu di negara-negara barat gunanya nggak cuma sebagai tatakan. Yang pertama adalah lukisan karya seorang pelukis Amerika William Sidney Mount (1838), sebuah lukisan karya Konstantin Makovsky (1914) dari Rusia, juga sebuah lukisan karya Heinrich Martin Krabbe dari Belanda (1868).
Jadi, apakah penemu tatakan cangkir ini adalah orang Eropa? Bukan juga! Penemunya justru seorang perempuan bangsawan dari Cina, dan dia menciptakan tatakan cangkir ini karena konon untuk melindungi kulitnya yang halus dari panasnya air ketika minum.
Terus kenapa dong kalo udah ada cangkir mereka minumnya malah dari piring tatakan? Karena mereka males nungguin kopinya dingin. Kalo dituang di cangkir yang permukaannya lebih lebar kan jadi kopinya cepet dingin. Cuma gara-gara itu aja sih sebenernya. Karena udah jarangnya orang jaman sekarang pake tatakan cangkir kalo minum kopi, bisa jadi suatu hari nanti tatakan piring cangkir cuma tinggal kenangan dan termasuk barang antik.