Seks menjadi hal tidak ada habisnya untuk diulas, termasuk kebiasaan berhubungan dengan kelamin menyebar di muka bumi. Beberapa suku di pelbagai negara masih menjalankan tradisi mereka soal bagian sensitif ini namun sangat menjijikkan dan di luar nalar.
Tradisi-tradisi ini ada yang telah menghilang namun masih ada saja melakukannya dengan alasan demi kelangsungan cara zaman leluhur.
Seperti apa tradisi berhubungan dengan seks paling menjijikkan sedunia? Berikut ulasan selengkapnya.
Tradisi belah penis di suku Aborigin
Bisa jadi para kaum adam negara lain bersyukur tidak lahir dari suku Aborigin Mardudjara, Australia. Tradisi suku ini cukup membuat bulu kuduk merinding bahkan bagi siapapun membacanya.
Untuk menjadi lelaki sejati setiap bocah bakal dipotong kulit ujung kemaluannya atau sunat secara sadar dan setelahnya dia harus memakan kulit itu.
Setelah bekas sunat mengering, kemaluan mereka dipotong memanjang hanya di bagian bawah mulai dari ujung penis hingga buah zakar. Darah yang menetes harus terbakar oleh api di bawahnya. Kemudian hari mereka bakal buang air kecil dari bagian bawah organ intim dan bukan lewat ureta atau saluran pembuangan.
Tradisi minum sperma di Papua Nugini
Sebuah suku di wilayah Sambian, Papua Nugini, mempunyai cara menjijikkan untuk mengubah anak lelaki menjadi pejantan tangguh sesungguhnya.
Sejak umur tujuh tahun para bocah hidup bersama 10 pria dewasa selama satu dekade. Kulit mereka pun ditusuk dan ditandai agar terbebas dari kontaminasi perempuan. Untuk alasan kaum hawa pula mereka dipaksa memakan tanaman mengandung gula tinggi menyebabkan mimisan dan muntah darah.
Sebagai puncaknya mereka meminum sperma orang paling tua di kelompok itu dipercaya baik untuk pertumbuhan dan kekuatan. Setelahnya mereka dilepas kembali ke masyarakat.
Tradisi menculik istri orang di Nigeria
Suku Wodaabe di Nigeria, bagian barat Afrika mengenal tradisi menculik istri sesama anggota suku itu. Syaratnya mereka telah menikah di usia sangat muda sebab perjodohan dan perempuan yang diculik harus istri dari saudara atau mempunyai garis keturunan sama.
Di masa kini ritual itu menjadi sebuah festival bernama Gerewol. Para lelaki Wodaabe berpakaian adat dan memakai tata rias lalu berdansa untuk memikat perempuan.
Masturbasi di depan publik zaman Mesir kuno
Firaun Mesir zaman dulu mengenal tradisi masturbasi di hadapan orang banyak. Dia memuaskan dirinya sendiri hingga orgasme di Sungai Nil agar selalu berkah dan tidak pernah kering.
Hal itu dia lakukan untuk menghormati Dewa Atum. Salah satu dewa memberi kepuasan pada seks. Selain itu masturbasi depan publik juga berlaku saat Festival Dewa Min menjadi simbol keampuhan daya bercinta Firaun dan ini masih sering dilakukan banyak lelaki Mesir.
Yunani kuno mensahkan hubungan pedofilia dan homoseksual
Jauh sebelum merebaknya pedofilia alias timbul gairah pada bocah lebih muda, dan gay atau percintaan sesama lelaki, Yunani kuno sudah mempraktekkan hubungan itu bahkan mendapat restu dari masyarakat. Di Ibu Kota AThena, percintaan antara lelaki dewasa dengan anak-anak berjenis kelamin sama merupakan tanda cinta terdalam dan hubungan itu berakhir jika si anak, biasa disebut eromenos, telah dewasa dengan tanda-tanda fisik terlihat seperti pertumbuhan kumis dan janggut.
Lelaki dewasa biasa disebut erastes harus memberikan pendidikan, perlindungan, cinta, dan menyediakan kebutuhan pasangannya. Sementara Eromenos mempersembahkan keindahan, kemudaan, dan layanan cinta.