TRIBUNNEWS.COM — Dua ekor orangutan diselamatkan oleh tim rescue and release Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur.
Orangutan itu diselamatkan setelah semalaman dikejar hingga kelelahan. Saat ditemukan, dua ekor orangutan yang merupakan induk dan anak itu tampak tak berdaya. Sang induk tengah memeluk anaknya dan dikepung oleh orang-orang yang membawa parang dan tali.
Kondisi tersebut mungkin biasa dijumpai pada orangutan yang akan dibantai. Namun, fakta yang lebih memilukan adalah bahwa induk orangutan sebenarnya tengah bunting 3 bulan. Fakta ini ditemukan setelah tim memeriksa induk tersebut.
"Ini tidak biasa. Biasanya induk orangutan yang membawa anak tidak sedang dalam kondisi hamil," kata Deputi Direktur Konservasi RHOI Aldrianto Priadjati dalam konferensi pers, Kamis (2/2/2012).
Menurut Aldrianto, kondisi hamil tersebut janggal. Orangutan biasanya akan memelihara dan mengajari anaknya hidup di hutan selama 6-8 tahun. Jadi dalam jangka waktu tersebut induk orangutan tidak akan hamil. Tim penyelamat menduga induk orangutan itu telah diperkosa oleh pejantan lain sehingga bunting di saat masih mengasuh anaknya.
"Induk orangutan ini diduga diperkosa oleh pejantan lain. Kami memperkirakan, dalam fragmen hutan ini, ada lebih banyak pejantan," kata Aldrianto yang juga menjadi ketua tim penyelamat dan pelepasliaran orangutan.
Aldrianto mengatakan, rasio jantan dan betina orangutan secara keseluruhan sampai saat ini belum diketahui. Jika jumlah betina sangat sedikit, kurang dari 1 persen dari populasi, maka orangutan lebih rentan mengalami kepunahan.
Kondisi yang dialami induk orangutan yang diselamatkan oleh tim RHOI, BOSF, dan BKSDA Kaltim ini bisa menjadi gambaran ancaman yang diterima orangutan betina. Tidak hanya diburu manusia, orangutan betina juga mengalami tekanan seksual dari pejantan. Aldrianto mengatakan, orangutan betina memiliki sifat pemilih, cenderung memilih pejantan yang tangguh sehingga bisa berlindung. Namun, dalam kondisi tertentu, betina bisa saja kalah.
Kunci penyelamatan orangutan menuntut keterlibatan banyak pihak, bukan cuma lembaga swadaya masyarakat. Salah satu yang kini disorot adalah kalangan bisnis. Perusahaan kelapa sawit, misalnya, wajib memiliki corporate biodiversity responsibility (CBR) selain corporate social responsibility (CSR). Salah satu yang bisa dilakukan untuk menjaga orangutan adalah menjaga hutan serta keseimbangan rasio jantan dan betina orangutan di alam.