Namu ada pula ahli yang berpendapat kebiasaan ini menandakan seseorang memiliki kelainan psikologi yang ingin membuktikan eksistensi diri. Mengenai hal ini, chef cantik Farah Quinn angkat bicara. Menurutnya, tren tersebut memang sudah menjadi sebuah kebiasaan terutama bagi orang Indonesia.
Wanita kelahiran Bandung, 8 April 1980 ini, juga berpendapat bahwa mengambil foto makanan dan mengunggahnya ke media sosial bukan kebiasaan yang negatif, melainkan menguntungkan banyak pihak.
"Selain membantu merekomendasikan restoran atau tempat makan, kita juga menginspirasi orang lain dengan memberi ide-ide masak," ujar wanita berusia 34 tahun tersebut saat ditemui di The Belly Clan Restaurant, Jakarta Selatan, Selasa, 15 April 2014.
Namun, ia mengaku mengerti bahwa ada pula chef internasional yang kontra terhadap tren 'foodporn' ini. Beberapa waktu lalu sejumlah chef profesional di Prancis dan Amerika tidak mengizinkan pelanggan restorannya mengambil foto masakan mereka.
"Mungkin itu karena nggak semua orang mengambil foto dengan profesional. Sebagai chef tentu saja saya ingin masakan saya difoto dengan bagus," ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kemungkinan para chef tersebut juga tidak ingin foto-foto masakan hasil karya mereka disalahgunakan.
"Menjadi chef yang itu tidak mudah. Saya dulu pernah punya restoran saat tinggal di Amerika dan regulasinya tidak mudah. Banyak sekali aturan yang harus ditaati seperti soal asuransi, izin kesehatan dan lain-lain," katanya.
Namun, Farah mengaku bahwa selama foto-foto tersebut diunggah ke media sosial seharusnya tidak merugikan siapapun.
Lalu, apakah Farah Quinn juga termasuk pencinta kuliner yang selalu mengambil foto makanan sebelum menyantapnya?
"Saya selalu foto makanan sebelum makan. Why not?" ujar ibu satu anak tersebut sambil tersenyum.