"Anda tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam (rahim) saat proses kelahiran langsung. Simulator ini dapat menunjukkan pada Anda apa yang terjadi di dalam," ujar Rudy Lapeer, seorang ilmuwan komputer di Universitas Anglia Timur, yang juga merupakan pimpinan dari penelitian, seperti dikutip dari Live Science, Minggu (15/12/2013)
Simulator 3D ini adalah jenis pertama yang mempertimbangkan faktor bentuk tubuh ibu dan posisi bayi. Simulator ini dapat membantu dokter dan bidan untuk menyiapkan kelahiran yang tidak biasa dan kelahiran yang berbahaya.
Lapeer menuturkan bahwa sejak tahun 1800, rumah sakit telah menggunakan model sebagai simulasi proses melahirkan. Namun, kebanyakan simulator tersebut bekerja berdasarkan skenario kelahiran yang telah diketahui. Simulator 3D yang dikembangkan oleh timnya berbeda. Simulator tersebut menggunakan model fisika sehingga dapat menyimulasi kelahiran yang tidak biasa.
Didesain agar dapat digunakan secara spesifik untuk masing-masing pasien, alat ini dapat menjalankan beberapa jenis skenario berdasarkan kelahiran-kelahiran sebelumnya. Prosesnya, dokter menyecan ibu hamil, lantas menyesuaikan simulator berdasar anatomi tubuh ibu.
Risiko kematian karena berat bayi berlebih juga dapat dihindari. Melalui simulator, dokter dapat menentukan apakah bayi sebaiknya dilahirkan secara normal atau melalui operasi caesar jika ternyata berat bayi di atas rata-rata.
Sayang program komputer pada simulator ini memiliki keterbatasan. Lapeer menuturkan bahwa simulator hanya dapat menunjukkan 3 dari tujuh gerakan bayi saat ia dilahirkan. Tapi Lapeer berharap dalam satu tahun ke depan sistemnya dapar menyimulasikan seluruh pergerakan bayi