Gubuk tempat tinggal maupun lapak warung yang terbuat dari triplek kini tak tampak lagi. Bilik-bilik triplek yang menyesaki jalan sehingga cuma bisa dilalui dua motor pun sekarang sudah tidak ada di RT 014 RW 01. Kini yang ada hanyalah rumah-rumah permanen beratapkan asbes yang berderet di sisi kiri jalan dengan cat berwarna hijau muda.
Tak ada lagi bilik-bilik triplek beralas kardus yang berdiri di depan rumah itu karena sudah digantikan dengan taman selebar kurang dari satu meter di sepanjang sisi kanan jalan. Taman mini itu ditumbuhi berbagai tanaman seperti pucuk merah, cemara hias dan tanaman merambat seperti sirih. Di bagian tembok pembatas pemukiman dengan rel kereta juga digantung sejenis tanaman paku.
Apalag di teras setiap rumah, diberi pula tanaman gantung yaitu sirih gading. Beberapa pot dengan isi tanaman palem pun ikut diletakkan di depan rumah. Dengan banyaknya tanaman itu, kesan asri dan sejuk muncul di sekitar pemukiman kampung deret. Semua tanaman tersebut diberi oleh Dinas Pertamanan DKI Jakarta.
Kampung deret di Tanah Tinggi ini merupakan salah satu contoh dari program bedah kampung yang dilakukan Jokowi. Proses pembangunan rumah-rumah berderet ini memakan waktu kurang lebih tiga bulan, sejak Mei sampai Agustus tahun ini.
Selama pembangunan berlangsung, warga ada yang mengungsi sementara ke rumah sanak saudaranya, mengontrak atau hanya pindah lapak ke depan rumah yang tengah dibangun.
"Selesainya H-7 lebaran, total ada 38 pintu (rumah) dengan luas bervariasi, dari yang sembilan meter persegi sampai 75 meter persegi. Ada yang satu lantai ada yang dua," kata ketua RT 014, Yaya saat berbincang dengan detikcom, Jumat (13/9/2013).