Gempa selalu terjadi tanpa peringatan, tiba-tiba saja tanah berguncang hebat. Terkadang, nyaris tak ada kesempatan bagi manusia untuk menyelamatkan diri. Namun, sudah jadi rahasia umum, sejumlah binatang punya semacam "indra keenam" untuk memprediksi gempa. Yang terbaru, para ilmuwan menemukan kemampuan itu pada semut-semut kecil.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan European Geosciences Union di Wina, Kamis 11 April 2013, semut bisa merasakan tanda-tanda gempa akan mengguncang.
Begini penjelasannya: patahan aktif, yang runtuh saat saat lindu mengguncang, adalah tempat tinggal favorit bagi semut-semut kayu merah di Jerman. Peneliti, Gabriele Berberich dari University Duisburg-Essen, Jerman menemukan 15 ribu hewan kecil itu berbaris di sepanjang patahan Jerman, seperti manisan yang menetes pada ban berjalan.
Selama tiga tahun, Berberich dan para koleganya melacak semut-semut itu menggunakan kamera, 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Mereka juga menggunakan perangkat lunak (software) khusus untuk menyusun katalog tentang perubahan perilaku.
Para ahli juga mencatat, 10 gempa terjadi, dengan kekuatan 2 sampai 3,2 skala Richter selama periode studi, 2009 dan 2012. Juga sejumlah getaran bumi yang lebih kecil.
Berdasarkan hasil kajuan, para semut hanya bereaksi, mengubah perilaku mereka jika lindu dengan kekuatan lebih dari 2 SR terjadi.
Normalnya, pada siang hari, para semut sibuk melakukan aktivitas seghari-hari, sementara di malam hari mereka istirahat di dalam gundukan sarang -- mirip siklus hidup manusia. Namun, sebelum gempa terjadi, segala kebiasaan mereka buyar. Semut-semut itu tetap terjaga kala malam, di luar gundukan sarang mereka, meski rentan terhadap predator.
Hingga sehari setelah gempa, aktivitas para semut belum juga kembali normal.
Pertanyaannya, bagaimana semut kecil itu tahu gempa akan berguncang?
Berberich menduga, semut merasakan perubahan emisi gas atau pergeseran medan magnetis bumi secara lokal.
"Semut kayu merah punya kemoreseptor (indra pembau) terhadap gradasi karbon dioksida, Juga magnetoreseptor bagi medan elektromagnet," kata dia seperti dimuat situs sains, LiveScience. "Kami belum yakin benar mengapa dan bagaimana mereka bereaksi terhadap rangsangan, kami berencana melanjutkan penelitian ke wilayah yang lebih aktif secara tektonik, untuk mengetahui apakah semut juga bereaksi pada gempa yang lebih besar."
Banjir Katak, Gajah Mengamuk
Bahwa hewan mungkin bisa memprediksi gempa sering kali dilaporkan. Seperti yang terjadi beberapa hari sebelum gempa dahsyat 7,8 Skala Richter mengguncang China Mei 2008, ribuan katak membanjiri jalanan di salah satu provinsi terparah.
Dan, dalam hitungan jam sebelum lindu meremukkan bangunan, hewan-hewan koleksi kebun binatang Wuhan, yang berada 600 mil dari pusat gempa, mulai bertingkah aneh.
Zebra membenturkan kepalanya ke pintu, gajah menggoyangkan belalainya dengan liar nyaris menghantam staf kebun binatang. Sebanyak 20 singa dan macan yang biasanya tidur di siang hari, berkeliaran dengan gelisah. Lima menit sebelum gempa, lusinan burung merak mengeluarkan lengkingannya.
Namun, sejauh ini belum ada cara meyakinkan untuk menggunakan hewan dalam memprediksi gempa. Demikian diungkap Roger Musson, seismolog dari British Geological Survey.
Namun, ada beberapa alasan masuk akal untuk menjelaskan polah aneh binatang sebelum gempa terjadi. Yang paling mungkin adalah, "pergerakan batuan bawah tanah sebelum gempa menghasilkan sinyal listrik yang bisa dirasakan beberapa hewan." Teori lain mengatakan, hewan bisa merasakan guncangan lemah sebelum gempa bumi bisa dirasakan manusia.