Azusa Hayano, peneliti yang telah 30 tahun lebih 'berkutat' dengan hutan di kaki gunung tersebut menemukan banyaknya barang peninggalan pelaku bunuh diri.
Meski Hayano sendiri belum bisa menyimpulkan alasan hutan ini dipilih sebagi lokasi bunuh diri, tampaknya kondisi lingkungan di tempat ini dengan lebatnya belantara merupakan jawaban para depresan.
Hayano juga menjumpai kelakuan serta kebiasaan aneh para pelaku bunuh diri di hutan tersebut.
Dalam sebuah film dokumenter yang dibuat Hayano dan tim geologi terlihat sebuah mobil yang ditinggalkan di tepi hutan. Ada lembaran peta di kursi depan mobil.
"Saya menduga pemilik mobil masuk dari sini dan tidak pernah keluar," katanya dan melanjutkan, "Saya rasa orang tersebut pergi ke hutan dengan pikiran bermasalah."
Pemerintah dan organisasi terkait sebenarnya sudah membuat beberapa tulisan berisi anjuran untuh berpikir kembali sebelum benar-benar melakukan bunuh diri.
Saat era para samurai, memang bunuh diri dengan ritual 'harakari' merupakan tradisi. Tapi mereka melakukan karena harga diri dan demi kehormatan. Sementara, bunuh diri dewasa ini tampaknya lebih karena merasa terasing dan putus asa berkepanjangan.