Kehidupan masyarakat di muara Sungai Lanowulu, Sulawesi Tenggara sangatlah unik. Masyarakat setempat membuat peradaban di atas sungai. Sangat kontras dengan hiruk pikuk kehidupan perkotaan.
Taman Nasional Rawa Aopa di Sulawesi Tenggara menyimpan banyak keunikan. Selain alamnya yang masih sangat terjaga, taman nasional ini juga punya perkampungan nelayan.
Sekilas kehidupan nelayan di perkampungan ini tidak ada yang aneh. Setiap harinya mereka berburu ikan-ikan yang tinggal di Sungai Lanowulu. Namun, bila terus masuk hingga sampai di perkampungannya barulah Anda tahu mengapa kehidupan masyarakat ini dikatakan unik. Menuju perkampungan nelayan di muara Sungai Lanowulu, Kabupaten Konowe Selatan, Sulteng ini butuh waktu setengah jam. Hutan bakau menjadi tonggak puluhan bangunan yang ada di atasnya. Ya, rumah para nelayan ini berada di atas permukaan air.
Untuk yang baru pertama kali ke perkampungan ini pasti merasa ngeri. Rumah-rumah ini seluruhnya terbuat dari batang pohon bakau. Sampai-sampai alas untuk menjejekan kaki juga terbentuk dari susunan batang bakau. Ngeri, takut kepleset, dan tercebur itu sudah pasti. Tapi tenang saja, kalau Anda berjalan dengan hati-hati hal tersebut tidak akan terjadi.
Kehidupan yang selaras dan menyatu dengan alam sangat terasa di sini. Sejauh kaki melangkah mengelilingi kampung, Anda akan melihat rumput laut yang dibiarkan mengampar di jalan. Tawa anak-anak kampung ini senantiasa menemani Anda saat berada di sini. Sesuai dengan namanya, perkampungan yang didiami oleh 24 kepala keluarga ini memiliki mata pencarian sebagai nelayan.
Rata-rata dari mereka merupakan suku Bugis asli. Mencari ikan, udang, dan kepiting bakau. Dalam kesehariannya mereka berburu menggunakan peralatan yang tradisional dan tidak merusak lingkungan, seperti bubu dan togo. Bubu berbentuk seperti keranjang, sementara togo serupa jaring yang dilempar ke laut.
Terlepas dari kehidupannya yang unik, alam sekitar perkampungan nelayan ini juga tak kalah menarik. Ikut bersama nelayang mencari ikan ke Rawa Aopa bisa jadi hal yang menyenangkan dan tak kan terlupakan. Ketinting, perahu khas masyarakat setempat siap membawa Anda ke tengah Rawa Aopa. Rawa seluas 15.000 hektar ini memberikan beragam panorama alami yang cantik. Kemegahan Gunung Mukaleleo terlihat jelas. Pemandangan yang sangat kontras dengan rawa yang dipenuhi oleh tanaman pandan.
Kicauan serta aktivitas burung-burung penghuni rawa menjadi teman selama perjalanan. Ada Elang Bondol yang berburu mangsa, gerombolan belibis kembang, juga cangak abu yang bersembunyi di antara tanaman pandan.
Wow, sungguh menakjubkan kehidupan alam di tenggara Sulawesi ini. Alam, hewan, tanaman, serta masyarakatnya hidup berdampingan. Tidak ada yang merusak satu sama lain, semuanya saling menjaga keserasian alam yang telah diciptakan Sang Kuasa.