Anda pasti familiar dengan sosok jin dalam iklan rokok yang bisa mengabulkan segala permintaan. Sosok pemeran jin itu adalah Totos Rasiti.
Pembaca, ada cewek ngamuk gara-gara pacarnya telat datang. "Jam karet! Eleeek (jelek-red)! Ramutu (enggak bermutu-red)!" teriak si cewek sambil melempar benda ke arah pacarnya. Beruntung, lemparan itu meleset, mengenai botol terbuat dari tanah liat. Lalu keluarlah jin dari botol. Jin ini pakai beskap (setelan pakaian adat Jawa-red) lengkap dengan blangkon.
"Kuberi satu permintaan," begitu jin memberikan penawaran. Ia didampingi istrinya yang ayu, berkebaya dengan rambut disanggul. "Aku pengen dia (pacar-red) kelepek-kelepek (tunduk dan patuh, tidak galak lagi-red)," jawab si cowok. Mendengar permintaan ini, muka si jin memble, nyalinya ciut. "Podho (sama), aku yo wedi je… (saya juga takut sama istri-red)," kata si jin sambil melirik istri. Sementara istri, berkacak pinggang dengan muka bengis.
Iklan jin ini dirilis sejak 2008, total ada 14 versi. Versi pertamanya, ada tiga cowok terdampar di pantai, lalu jin datang untuk mengabulkan satu permintaan. Cowok pertama ingin pulang. Cowok kedua ingin balik ke rumah juga. Cowok ketiga (karena kesepian di pantai-red), meminta dua temannya yang sudah pulang dikembalikan ke pantai. Jin berkarakter ini diperankan Totos Rasiti (40).
"Nama saya Teguh Sugiarto, dipanggil Toto Sugiarto atau Toto S. Lalu disingkat menjadi Totos. Rasidi gabungan nama orangtua, Sugeng Rahardjo dan Siti Rochayati," begitu Totos memperkenalkan diri kepada Bintang, Minggu (1/4). Sebelum iklan versi "wani pira?" meledak, Totos belum dikenal publik. Maklum, Totos sehari-hari tidak berbeskap. Sejak jargon "wani pira?" populer, pria kelahiran Tegal, 24 Agustus ini mulai dilirik produser dan pengelola stasiun televisi. Tahun lalu, Totos tampil di sitkom Keluarga Minus, berperan sebagai Paijo. Iklan versi "wani pira?" adalah versi kesepuluh.
"Saya memikirkan, bagaimana mengucap kalimat 'wani pira?' secara tepat sehingga menjadi ikon. Karena iklan rokok tidak boleh menampilkan adegan merokok atau gambar rokok, maka para kreator menampilkan tema-tema dan tagline semenarik mungkin. Iklan-iklannya dibuat semenghibur mungkin," Totos menambahkan. Totos bungsu dari sebelas bersaudara. Pengagum Nicole Kidman dan Denzel Washington ini menghabiskan masa kecil di Tegal sampai SMP.
Memasuki SMA, penyuka sate kambing ini pindah ke Pondok Gede kemudian melanjutkan kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan teater. Pada masa itulah, hidup Totos perlahan berubah. Ia berkenalan dengan sejumlah sutradara lalu dipercaya menjadi asisten sutradara untuk film, iklan, dan video klip. Dimas Djayadiningrat dan Awi Suryadi, dua sineas yang mencium bakat Totos. "Pada 2003, saya menjadi acting coach untuk Marcella Zalianty, Samuel Rizal, dan Dinna Olivia dalam film Tusuk Jelangkung," kenangnya.
Kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Totos. Dan kesempatan lain pun datang. Totos diminta mendampingi Awi ketika mengarahkan Luna Maya, Aura Kasih, dan Jemmy Aditya dalam Asmara Dua Diana. Puas dengan kinerja Totos, Awi kembali melibatkannya dalam proyek Selendang Rocker. Bahkan, Awi tidak segan memintanya tampil dalam dua atau tiga adegan.
"Dalam Asmara Dua Diana saya disuruh berperan jadi pembunuh bayaran. Di film Sumpah Pocong Di Sekolah saya menjadi pamannya karakter utama (kebagian satu adegan saja). Di Selendang Rocker saya diminta jadi kyai," urai ayah Bila Mayta La Devtos dan Hanya Giar Lelaki La Devtos.
Sepak terjangnya di bidang penyutradaraan berhenti setelah teken kontrak dengan iklan dan tampil di Keluarga Minus. Tampaknya, semakin banyak pelaku industri showbiz yang menyadari bakat Totos. Terakhir, penyuka lagu-lagu Iwan Fals ini mengisi segmen Wajang Koelit (karya Chairun Nissa) dalam omnibus horor, Histeria.
"Tim Upi butuh aktor untuk memerankan orang Jawa medok, profesinya pemandu wisata, namanya Warto. Syutingnya di studio alam TVRI, empat hari. Saya kebagian jatah dua hari. Hanya dua hari tapi pulangnya sampai subuh. Hari kedua pulang jam 8 pagi," beri tahu Totos. Dalam waktu dekat, pria setinggi 170 cm ini segera tampil dalam Jenderal Kancil arahan Harry Dagoe. Selain itu, Totos akan kembali ke layar kaca lewat sitkom Paris Van Java.
Jadi, mana yang akan dipilih Totos, jadi pemain atau sutradara? "Ketika jadi pemain, saya iri dengan kru. Saya berpikir begini, mereka dibayar untuk benar-benar bekerja efektif. Sementara saya dibayar buat duduk dan menunggu panggilan. Giliran saya jadi kru, saya iri sama pemain. Enak banget pekerjaaan mereka. Cuma menunggu, baca naskah, setelah itu dipanggil buat mejeng di depan kamera. Gajinya gede pula! Setiap profesi ada seninya, kok," Totos mengakhiri perbincangan.