Minyak mentah berjangka ditutup anjlok tajam pada Rabu (21/3/2012) dinihari tadi, seiring jatuhnya bursa saham AS dan bursa komoditas.
Minyak mentah untuk pengiriman April, kontrak yang berakhir pada penutupan perdagangan, berada di level US$105,61 per barel, atau turun US$ 2,48 (2,3%) di New York Mercantile Exchange.
Terjadi aksi jual cepat pada jam terakhir perdagangan, karena kontrak April sudah berakhir. Ini adalah penurunan persentase harga minyak terbesar satu hari sejak 14 Desember. Selain koreksi pertama dalam tiga hari perdagangan terakhir.
Muncul kekhawatiran baru tentang pelambatan ekonomi di China. Seorang eksekutif dari pertambangan raksasa BHP Billiton memperingatkan bahwa permintaan untuk bijih besi dari China akan cenderung flat karena ekonomi terbesar kedua dunia ini mendingin.
Selain itu, turunnya harga minyak juga dipicu pernyataan Menteri minyak Arab Saudi Ali Al-Naimi, berbicara di Doha, bahwa pasar minyak kelebihan pasokan dan harga terlalu tinggi. Dia juga meragukan bahwa Selat Hormuz akan ditutup Iran.
“Ketika Arab Saudi, eksportir minyak terbesar dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, mengatakan persediaan masih banyak, pasar memperhatikan,” kata Hamza Khan, analis Schork Group di daerah Philadelphia.
Penguatan dolar AS juga menekan harga minyak. Indeks dolar yang mengukur unit AS terhadap enam mata uang lainnya, diperdagangkan pada 79,529, dibandingkan dengan 79,451 pada perdagangan sebelumnya di Amerika Utara.
Dolar yang lebih kuat adalah negatif untuk komoditas berdenominasi dolar, seperti minyak dan logam.
Bensin April turun kurang dari 1 sen, atau 0,1% menjadi US$ 3,36 per galon. Minyak pemanas April turun 2 sen atau 0,8% menjadi US$ 3,24 per galon. Gas alam untuk pengiriman April turun 2 sen atau 0,7% menjadi US$ 2,34 per juta British thermal unit.