Geplak dan Janda Bantul Sama Manisnya



GEPLAK Bantul itu manis dan gurih, tapi janda dari Bantul juga lebih manis lagi. Tak percaya, tanyakan pada Briptu Karmadi, 40, oknum polisi dari Polres Sleman (DIY). Gara-gara terpikat manis dan gurihnya janda Latifah, 32, dari Palbapang, dia sudah 2 tahun lupa anak bini.

Bantul memang terkenal akan geplaknya. Tahu geplak? Itu lho makanan dari ketan campur kelapa dan gula, dengan warna macam traficlight: merah, hijau dan kuning. Rasanya gurih dan terlalu manis, sehigga penderita diabetes dianjurkan tidak mengkonsumsinya.

Briptu Karmadi yang asli Kendal, ketika tugas di Sleman kemudian juga suka pula dengan kue geplak Bantul. Bahkan sejak dua tahun lalu, kegerannya makin meningkat saja. Selain geplak, dia juga mulai menyukai janda Bantul yang juga suka pakai baju merah, kuning maupun hijau macam lampu setopan bangjo. Maklum, janda yang bernama Latifah ini selain gurih dan manis, juga ada mempur-mempurnya begitu, macam balok (ubi goreng –Red) khas Yogyakarta.

Semula Ny. Kadarsih, 36, sebagai istri Karmadi tak tahu perselingkuhan suaminya. Ketika suami jarang pulang, dikiranya dianya sedang tugas memburu penjahat, namanya juga polisi. Eh….., nggak tahunya bukan memburu bromocorah, tapi memburu janda Latifah yang mempur kebul-kebul itu. Gara-gara si Latifah pula, oknum polisi ini sudah seperti Bang Toyib saja, dua kali lebaran tidak pulang ke rumah.

Bagi oknum polisi pangkat rendahan, berani punya WIL sebenarnya merupakan proyek padat modal. Padahal Karmadi ini tak mampu “ngobyek” macam Irjen Djoko Susilo, sehingga punya WIL berarti akan mengganggu situasi moneter dalam keluarganya. Dan itu pula yang terjadi. Gaji yang biasanya 100 persen dibawa ke rumah, kini hanya separo saja, dan kemudian malah nol persen alias tak diberi jatah sama sekali.

Untungnya Ny. Kadarsih ini bukan tipe perempuan yang bisanya hanya ndengak, mamah dan mlumah (baca: nunggu jatah, makan dan melayani di ranjang). Dia punya usaha sambilan. Tapi karena gaji suami adalah menjadi hak keluarga, bagaimana pun juga dia selalu menuntut. Tapi Karmadi selalu beralasan, buat modal usaha, eh…..ternyata usaha berburu janda.

Lama-lama Kadarsih dapat bocoran bahwa sebetulnya Karmadi punya WIL di Palbapang Bantul, namanya si Latifah. Orangnya memang cantik, seksi lagi. Tapi sang informan berulang kali minta, agar jangan diberi tahu siapa pemberi info. “Tapi benar mbak, saya berani dijejeli apem kalau nggak bener,” kata informan yang rupanya juga teman kerja Karmadi.

Berdasarkan data-data tersebut, tanpa sprindik pun Kadarsih segera meluncur ke alamat Latifah di Palbapang. Eh ternyata benar. Kata Pak RT, Pak polisi ini baru tinggal beberapa minggu di sini. Mereka mengaku suami istri. Tentu saja percaya. Mana berani Pak RT menggeledah anggota polisi. Daripada ribut sama tetangga, ya biar sajalah asalkan baik-baik saja.

Ketika Kadarsih mengetuk pintu rumah kontrakan itu, ternyata suaminya sedang nglaras (santai) bersama WIL-nya. Langsung ibu anggota bayangkari itu marah-marah dan memukuli suaminya. “Keterlaluan kamu Mas, anak istri ditelantarkan, ternyata kamu di sini punya simpenan,” omelnya. Hari itu juga Briptu Karmadi dilaporkan ke Polres Bantul, dan disaksikan puluhan mata oknum polisi ini diarak ke kantor polisi.

Polisi sudah banyak urusan, eh teman nambah pula urusan.