Melansir laman NDTV, ke-200 ribu orang yang mendaftar itu berasal dari 140 negara. Nantinya, akan diseleksi empat orang "beruntung" yang berkesempatan mengukir sejarah sebagai manusia pertama mendarat di Planet Merah.
Menurut Bas Lansdorp, CEO Mars One, Planet Mars akan diproyeksikan untuk menjadi koloni baru bagi umat manusia. Untuk itu diperlukan sukarelawan yang berani mati untuk mengeksplorasi Planet Merah itu.
"Dari 200 ribu sukarelawan berani mati itu, 47 ribu orang di antaranya berasal dari Amerika Serikat, 20 ribu orang dari India, dan 13 ribu orang dari China," kata Lansdrop.
Lansdrop pun berharap misi berani mati ini dapat lepas landas lebih cepat dari rencana, yaitu pada tahun 2020. Itu dapat terlaksana jika perusahaan sudah memiliki dana sebesar US$6 miliar, atau setara Rp66 triliun.
"Pada tahun 2015 nanti kami sudah menetapkan 10 tim yang terdiri dari empat orang untuk melakukan pelatihan intensif. Kemudian satu tim terbaik akan terpilih untuk misi sekali jalan ke Mars," ujar Lansdrop.
Skeptisisme NASA
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan keraguannya terhadap rencana Lansdorp. Lembaga itu mengatakan bahwa teknologi untuk membentuk koloni manusia di Mars itu tidak ada.
Namun, Mars One mengatakan pada situs resminya bahwa misi ini adalah suatu usaha manusia selama satu dekade untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Pendanaannya juga didapat dari khalayak global dan siaran langsung di televisi secara interaktif.
Mars One juga mendapat dukungan dari Gerard't Hooft, salah satu pemenang hadiah Nobel bidang Fisika asal Belanda pada tahun 1999. Jadi, menurut Landsdorp, tidak akan ada yang sia-sia.