Bau Busuk Jadi Senjata Pertahanan 5 Binatang ini

Untuk melindungi diri mereka dari musuh ataupun hewan pemangsa, hewan memiliki sistem pertahanan yang berbeda-beda. Ada yang berkamuflase untuk menipu lawannya, ada pula yang dilengkapi dengan kulit yang keras, ataupun ada juga hewan yang dilengkapi dengan rupa yang sangar sehingga ditakuti oleh lawannya.

Namun, lima hewan di bawah ini memiliki pertahanan yang berbeda, yang sanggup membuat musuhnya jijik dan berbalik menjauhinya. Berikut lima hewan yang mengeluarkan bau busuk sebagai pertahanan mereka. 

Burung bangkai 

Burung bangkai dikenal dengan kekuatan muntahannya. Mereka dikenal sebagai hewan pemakan bangkai yang berpesta di atas daging-daging busuk dari hewan yang telah mati. Meskipun terdengar menjijikan, tapi kita harus berterima kasih kepada mereka, karena berkat merekalah jalan-jalan serta lingkungan kita bersih dari bangkai dan bakteri yang mungkin dibawa oleh hewan-hewan mati ini.

Ketika merasa terancam, burung bangkai akan muntah, dan bau yang luar biasa dari muntahan mereka biasanya akan membuat sebagian besar predator kabur. Dengan muntah, burung bangkai mampu terbang lebih cepat, apalagi muntahan ini juga dapat mengenai wajah ataupun muka lawan mereka.

Hoatzin

Burung yang berasal dari Lembah Amazon ini juga dikenal dengan nama Burung Bau, yang sudah memberi kita gambaran yang jelas, mengenai ciri khas burung ini. Meskipun mereka hanya mengonsumsi daun, tapi sistem pencernaan mereka yang menyerupai sapi—yaitu dengan cara fermentasi—menyebabkan burung ini memiliki bau seperti kotoran. Itu sebabnya, tidak ada yang mau mendekati hoatzin, karena bau busuk yang mereka keluarkan ini. Penduduk asli pun hanya memburu hoatzin, ketika benar-benar sudah tidak ada makanan lagi yang bisa mereka makan.

Opossum

Opossum memiliki cara yang unik ketika merasa terancam. Mereka akan berbaring dengan mulut terbuka, kadang hingga berjam-jam, dan mengeluarkan bau busuk yang secara efektif mampu menipu predator untuk mencari makanan yang lebih segar, daripada hewan berbau busuk di hadapannya. Hebatnya, meskipun diserang terus menerus, mereka tidak akan bergerak satu sentimeterpun, layaknya patung—atau mungkin bangkai—hingga ancaman itu lewat, dan mereka kembali berada dalam keadaan aman.

Kaki Seribu

Hewan yang tampak seperti cacing ini sama sekali bukan termasuk golongan serangga—seperti kelihatannya. Mereka adalah artropoda, atau hewan berbuku-buku, yang memiliki hubungan lebih dekat dengan kepiting ataupun laba-laba. Selain itu, meskipun memiliki nama kaki seribu, tapi kaki mereka sebenarnya hanya berjumlah sekitar 750 buah saja. Mereka juga tidak memakan daging atau gemar menggigit manusia—seperti yang muncul di film horor—tetapi hewan pemakan dedaunan. 

Kaki seribu memiliki beberapa predator, seperti kadal, burung, dan serangga lainnya. Ketika diserang, mereka biasanya akan menggulung diri, hingga menyerupai bola. Sementara itu, beberapa jenis kaki seribu yang lain akan menyemprotkan cairan berbahaya, yang mampu melukai kulit, mata, bahkan meninggalkan bau yang sangat menjijikan pada penyerangnya. 

Paul Marek, dari Departemen Entomologi di Virginia Tech menjelaskan kepada National Geographic bahwa kaki seribu memiliki 30 jenis sistem sekresi kimia yang berbeda, tergantung dari jenisnya. Salah satunya adalah mengeluarkan hidrogen sianida, yang sangat berbahaya. Misalnya saja kaki seribu jenis Apheloria virginiensis (yang menurut Marek memiliki bau yang menyenangkan, seperti cherry cola) yang mengeluarkan sianida. 

“Pertahanan diri dengan sekresi ini khususnya untuk melawan hewan yang lebih kecil,” seperti burung yang akan menjatuhkan mereka karena merasa terganggu. Namun, Anda cukup mencuci tangan hingga bersih jika tak sengaja memegang kaki seribu, dan pastikan untuk tidak membiarkan anak-anak mendekati hewan ini.

Sea Hare

Meskipun namanya berarti kelinci laut, tapi sesungguhnya mereka termasuk dalam jenis moluska yang beracun. Hewan yang termasuk jenis siput laut ini, sejak awal memang tidak populer di kalangan mata rantai makanan di laut. Hewan ini mengeluarkan tinta berwarna ungu yang lengket, yang membuat mereka tidak termasuk ke dalam hewan yang dipilih oleh predator.

Para peneliti juga menemukan bahwa lobster yang terkena tinta akan menunjukkan kecemasan, seperti menggerakkan ekor ataupun menggosok bagian mulut mereka. Sementara itu, penelitian di tahun 2012 juga menunjukkan bahwa tinta ini mampu menutupi sistem penciuman lobster, sehingga mereka tidak mampu mencium bau mangsanya.