Setelah Wartel ada Warnet, Setelah Warnet Habis ada apa?

WARUNG telekomunikasi (wartel) diakui atau tidak meraih sukses besar. Jumlahnya sudah ratusan ribu di berbagai pelosok Tanah Air, terutama di Jawa. Warga yang tidak mempunyai telepon di rumah, tidak perlu lagi ke kantor Telkom. Karena wartel sekarang tersedia di mana-mana. Masyarakat beruntung, karena dengan tersedianya banyak wartel dapat berkomunikasi dengan mudah. Pengusaha wartel juga mendapat penghasilan, dan PT Telkom meraih untung besar dari perolehan bagi hasil dengan wartel-wartel.

Sukses wartel segera diikuti dengan warung internet atau warnet. Walaupun tidak sepesat perkembangan wartel, kini warnet mulai didirikan di berbagai kota besar dan sedang di Indonesia. Masyarakat yang mulai melek teknologi internet, terutama mahasiswa dan pelajar, tetapi tidak memiliki perangkat di rumah dapat memanfaatkan warnet-warnet untuk mengirim pesan atau mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia.

Demikian juga wartawan dan kalangan pengusaha di berbagai daerah, dapat mengirimkan beritanya, juga foto-foto hasil liputan melalui warnet. Biayanya lebih murah, berita atau gambar cepat sampai, dan untuk dimanfaatkan oleh media massa, tidak perlu diketik ulang.

Apalagi setelah wartel dan warnet?
Ternyata masih ada lagi yang perlu dicermati, warung informasi teknologi alias warintek. Apa pula itu?

Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT), seperti dituturkan Deputi Meneg Ristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Dicky R Munaf, menyadari bahwa berbagai kegiatan penelitian pengembangan dan rekayasa di Indonesia sebenarnya telah banyak mengeluarkan data dan informasi ilmiah yang terterapkan. Tetapi belum dan bahkan sama sekali tidak dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya meningkatkan produksi di berbagai sektor dan peningkatan kualitas hidup manusia.

Penggunaan data dan informasi ilmiah juga disadari belum membudaya pada masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan usaha kecil dan menengah. Untuk itu, sudah saatnya data dan informasi teknologi terterapkan yang tersebar saat ini dikemas dalam perangkat komputer yang dapat diakses secara terbuka tetapi terkendali dalam satu jejaring informasi.

http://notifikasiku.blogspot.com/2012/02/setelah-wartel-ada-warnet-setelah.html

http://notifikasiku.blogspot.com/2012/02/setelah-wartel-ada-warnet-setelah.html

Sudah diujicoba

KMNRT lalu merancang program warintek itu. Program ini pernah diujicobakan di Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah (PDII) LIPI. Hasilnya, menurut Dicky R Munaf, memberikan titik terang keberhasilan.

Pada tahun anggaran 2001 ini, program warintek menjadi program nasional dan akan disebarkan dan disosialisasikan. Programnya, memberdayakan unit-unit dokumentasi, informasi, perpustakaan yang dikemas dalam suatu paket lengkap berupa peningkatan teknologi informasi, kemudahan akses informasi iptek, peningkatan sumber daya manusia, dan membina sumber daya informasi lokal.

Dengan adanya warintek, menurut Kemal Prihatman, anggota tim penyusun program ini, antara lain dapat dilakukan akses internet untuk dapat mengakses informasi multimedia melalui jaringan informasi global. Dapat dilakukan pemanfaatan informasi iptek untuk tujuan pendidikan dan pengembangan usaha kecil dan menengah. Di samping itu, akan tersedia sumber daya manusia di bidang teknologi informasi di daerah.

Sasaran yang diharapkan, terwujudnya masyarakat yang sadar akan informasi iptek. Terwujudnya kerja sama layanan informasi iptek terpadu. Terdokumentasi dan tersebarnya informasi iptek ke masyarakat luas.

Kelompok sasaran dalam pengembangan program ini, tutur Kemal, adalah perpustakaan daerah, umum, perpustakaan universitas, mahasiswa, siswa, dosen, peneliti, asosiasi profesi, masyarakat luas, dan unit dokumentasi-informasi di lingkungan pemerintah daerah.

Untuk mencapai tujuan itu, KMNRT telah menyebarluaskan buku panduan dan formulir usulan kepada masyarakat dan kalangan peneliti. Program ini diupayakan kegiatannya sebagai kombinasi antara bottom-up dan top-down dengan perbandingan 30% dan 70%. Plafon anggaran yang disediakan antara Rp 10 juta sampai Rp 50 juta.

Ada tiga paket yang tersedia, masing-masing Paket A dengan dana Rp 50 juta. Paket B dengan dana Rp 10 juta sampai Rp 20 juta. Paket C dengan dana Rp 30 juta sampai Rp 40 juta.

"Program ini melibatkan KMNRT, PDII LIPI, perguruan tinggi, dan perpustakaan nasional dan daerah," kata Kemal Prihatman.

Untuk membuka warintek, dibuka kerja sama dengan syarat-syarat antara lain bersedia memberikan jasa informasi iptek bagi masyarakat luas, menyediakan dua komputer yang dioperasikan secara penuh untuk kegiatan warintek dengan spesifikasi yang layak untuk mengolah warintek tersebut, serta menyediakan sarana dan prasarana pendukung seperti ruangan, telepon dan pesawat faksimile. Tentu juga harus disediakan sumber daya manusia pengelolanya secara full time.

Masalahnya, warintek tentu tidak sekomersial dua model pendahulunya, yakni wartel dan warnet, karena dalam program warintek ini lebih mengutamakan misi idealisme, dan harus diakui belum menjadi kebutuhan mendasar masyarakat kita.

Untuk mewujudkan warintek ini pun rasanya tidak sesederhana mendirikan wartel atau warnet. Diperkirakan untuk menyiapkan sebuah warintek urusannya lebih njelimet, karena selain harus melewati sederet persyaratan dan mesti berurusan dengan sejumlah lembaga yang terkait. Tetapi, jika ada khalayak yang ingin mengetahui informasi tentang program warintek ini, mudah saja, bisa menghubungi mitra KMNRT melalui situs www.ristek.go.id. Siapa tahu dengan melakukan kontak langsung dengan penggagas program ini bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas dan tuntas.