Disebut Organisasi Teroris, JAT: AS Ngawur & Cari Musuh Baru!

Departemen Luar Negeri AS secara resmi memasukkan lembaga Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang dipimpin Abu Bakar Ba'asyir sebagai organisasi teroris asing. JAT menanggapi santai tudingan yang dinilai ngawur itu.


"Itu adalah kategorisasi yang ngawur sekali. Ini saya rasa hanya untuk menancapkan hegemoni di Indonesia," ujar Juru Bicara JAT, Son Hadi bin Muhadjir, dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (24/2/2012).


Menurut dia, sejak banyak orang yang dikaitkan dengan teroris tertangkap, AS berupaya mencari musuh baru agar tidak kehilangan hegemoninya di Indonesia. Lalu akhirnya AS mengaitkan JAT yang didirikan dan dipimpin oleh Ba'asyir dengan kegiatan terorisme.

"Sejak semula kami juga sudah berkali-kali menjelaskan, kami tidak ada kaitan dengan pengeboman. Juga kami tidak melakukan perampokan di bank. Itu alasan lama yang sudah terbantahkan. Kami nggak ada kaitan," papar Son Hadi yang juga kena sanksi Deplu AS pasca pengumuman Deplu AS tentang JAT itu.

Son Hadi mengaku belum membaca rilis Deplu AS yang diberitakan oleh media asing. Ketika detikcom membacakan berita itu, Sonhadi tertawa.

"Ini lucu. Sepertinya AS kehabisan orang untuk menghegemoni," ucapnya sambil terkekeh.

Deplu AS pada Kamis (23/2/2012) waktu setempat sebagaimana dilansir AFP, menyebutkan organisasi berusia 3 tahun itu berada di balik serangan bom di sebuah gereja di Jawa pada September 2011, serangan mematikan pada polisi-polisi, dan perampokan-perampokan bank yang bertujuan untuk mengumpulkan uang guna mendapatkan persenjataan dan material bom.

"JAT berusaha untuk mendirikan negara Islam di Indonesia, dan telah melakukan sejumlah serangan pada personel pemerintah Indonesia dan warga sipil untuk mencapai tujuan ini," kata Deplu AS dalam sebuah pernyataan.

Sekadar diketahui, Polri menyebut para terduga teroris yang terlibat bom Cirebon dan Solo dibaiat oleh Ustad Abu Bakar Ba'asyir. Namun sang ustad, menolak dilibatkan dalam aksi-aksi tersebut. Ba'asyir justru menuding, jaringan itu didikan seorang ustad beraliran keras di Cirebon.