Yourself first. Wanita yang tak hanya memprioritaskan kebutuhan pasangannya dilaporkan memiliki hubungan yang jauh lebih bahagia. Ketika Anda menaruh perhatian pada hobi Anda (yoga, bahasa asing, dll) Anda jadi punya banyak hal untuk diceritakan pada pasangan. “Ikatan Anda berdua pun menjadi lebih dalam,” tutur psikolog Gary Lewandowski, Ph.D.
Quickie! Seks yang instan memang tidak romantis, tapi gairah yang mengalir deras saat quickie akan menghasilkan hormon dopamine dan oxytocin, yang juga disebut dengan hormon cinta.
Sleep it off. Riset University of California menyatakan bahwa orang banyak menemukan solusi sebuah masalah di tengah REM sleep, “Saat Anda tidur, Anda menjadi lebih rasional. Otak akan menggabungkan pikiran lama dengan yang baru, lalu menemukan jalan keluar.”
Privacy. Saat pertengkaran terjadi, jangan lantas curhat di Facebook dan Twitter. “Pasangan yang terlalu sering mempublikasikan hubungan mereka lewat social media sebenarnya menunjukkan insecurity,” kata Bethany Marshall, Ph.D., “kadang lebih mudah untuk komplain, daripada menyelesaikan masalah.”
Toxic friends. Riset Brown University mengatakan kalau teman-teman dekat Anda suka bertengkar dengan pasangannya, relationship Anda akan terpengaruh.
Unplug! Kalau Anda tidak menaruh ‘dinding’ antara rumah dan kantor, alias selalu sibuk dengan telepon dan email saat di rumah, stres dalam hubungan pun bertambah tinggi. Dr. Sciot Haltzman, penulis THE SECRET OF HAPPILY MARRIED WOMAN, berkata “Beri batas pada jam kerja Anda. Matikan HP dan habiskan waktu bersantai dengan si dia sepulang kerja.”
Limit housework. Sebenarnya mudah: kalau cucian piring selalu membuat Anda bertengkar, saatnya menyisakan pengeluaran untuk mempekerjakan orang lain di rumah.
Money talk. Masalah muncul saat pasangan tak bisa mengatur uang. “Mendiskusikan keuangan Anda sebulan sekali itu penting,” tutur financial adviser, Manisha Thakor. Bersikap terbuka soal keuangan membuat hubungan lebih tahan ‘peluru’.